(Tak Seperti) Istiqlal dan Katedral

Sebelumnya : Perbedaan dan Kesakitan

Detik memaksaku bertanya tentang kabarmu. Sesuatu yang dulu begitu mudah kudapatkan, kini harus menguap sebelum tertelan. Perpisahan yang terpaksa kucetuskan, ternyata menghasilkan sesuatu yang begitu menyakitkan. Hatiku penuh penyesalan, tentang aku yang masih mencintaimu tapi cinta itu melapuk tanpa pengungkapan. Dan hasrat memelukmu yang terpaksa kutahan karena tak sejalan dengan keadaan.

Rasanya, dari sudut pandang manapun, aku tetap tak bisa memahami mengapa hatiku bisa setersiksa ini. Perbedaan. Agama. Tuhan. Cinta. Penyatuan. Harapan. Aku begitu emosional jika mengingatmu dan energi yang ingin kutinggalkan malah bersenyawa dengan keadaan. Aku tak tahu bagaimana kabarmu, dan cinta yang nakal ini menggelitikku untuk merindukanmu.

Aku ingin sedikit mengenang bayang-bayangmu yang nyaris saja hilang. Semua keindahan yang dikalahkan oleh rasa sakit dengan curang. Bagaimana setiap malam minggu kau temani aku menyusun materi, melukis, atau hanya menggambar sketsa asal ditemani dengan dua cangkir kopi yang kauseduh sendiri. Kamu akan diam selama aku berpikir, tak banyak bicara apalagi bertanya selain memainkan cangkir. Tapi kamu akan memasang wajah antusias saat aku memulai ceritaku. Tentang hari-hariku, tentang kegiatanku, bahkan tentang hal-hal berat semacam politik atau hal ringan tentang stand up comedy dan tentang puisi-puisi. Aku suka memperhatikan gerikmu yang polos dan menggemaskan. Rambutmu yang bergelombang selalu ingin kuusap perlahan. Untuk menghapus bosan, kamu membaca buku-buku misteri atau novel Sherlock dan Agatha Christie yang kukoleksi. Kamu semakin menggemaskan, dan ragu bagiku untuk berpikir tentang perpisahan.

Kalau boleh jujur, namamu masih menjadi satu-satunya yang hatiku eja. Meski rasa tak lagi bisa menjamah raga, aku terus mendesahkan namamu ketika aku berdoa di gereja. Kamu adalah isi dari nyawa yang kupunya. Mencintaimu; caraku bernapas tanpa mengenal udara.

Sakit rasanya mengingat bahwa kamu tak lagi bisa kujaga. Mimpi terus memilikimu masih menjadi usaha yang ingin segera kujadikan nyata. Tanpamu, aku seperti raga tanpa nyawa. Jiwaku selalu terbang entah kemana, mengejar separuhnya yang ada pada dirimu. Aku bagai selembar kertas putih yang kosong yang berharap agar kau sudi menggoreskan cerita lagi di tubuhku.

Dulu, kau sering bercerita bagaimana kau suka dengan kerukunan umat Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kau berpikir bahwa konflik hanya milik orang-orang yang tak punya akal. Sayang, apa kau lupa bahwa kerukunan juga tak selamanya kekal?

Usaha yang telah kita coba selama dua tahun ini ternyata tak berhasil membuat kita menghancurkan tembok perbedaan. Tuhan tak mau mengalah, dan terpaksa aku--kau-- harus menyerah. Lembut kubisikan pisah tapi tak cukup sanggup menahan luka yang pelan-pelan sobek dan lemudian berdarah. Ingin kubawa kau dalam rengkuh, tapi jujur jiwaku pun tak kalah rapuh. Hangatnya peluk pun tak sanggup mengembalikan kekuatan yang telah air matamu keruk.

Kita seperti butiran debu yang dengan kuat yang merapuh mencoba bertahan agar tak diterbangkan angin. Kita seperti pasangan bodoh yang terus berjuang walau tahu semuanya sudah tidak mungkin. Sayang, jika kau rindu aku, ketahuilah bahwa kau selalu menghiasi mimpi dan doaku. Tapi, jika kau ingin rengkuhanku, menangislah. Karena kini tak ada lagi aku yang melukai diri untuk terus mencintaimu.

Aku tak mengorbankanmu untuk penyerahan diriku terhadap keadaan. Aku tak menjadikanmu tumbal untuk kepengecutanku yang tak lagi sanggup menahan perasaan. Semua perbedaan ini, leburkan. Biar ia terus bersenyawa dan aku tetap kesakitan tertimpa kenangan.

Jika aku ini Katedral, maukah kau menjadi Istiqlal, yang rela bersama; tanpa penyatuan?

Dariku,
yang ingin terus memperjuangkanmu.

Komentar

  1. Balasan
    1. Halo, Pak Yudi. Selamat datang dan terima kasih, ya! :)

      Hapus
    2. Halo, Pak Yudi. Selamat datang dan terima kasih, ya! :)

      Hapus
  2. deposit bos sudah kita proses ya bos.
    silahkan di cek kembali bos.
    terima kasih bos.
    jangan lupa ajak teman2nya main disini juga ya bosku :)

    BalasHapus

Posting Komentar

What's most