[Surat Cinta #2] Dari Larva untuk Kupu-kupu

Aku menunggumu dari sudut sini. Sudut yang tak terjangkau olehmu, sudut yang bahkan tak kau kehendaki untuk kau singgahi. Sudut yang kotor, dan tentu saja kau tak pantas berada di sini. Ah, selain tak pantas, mungkin kaupun takkan sudi.

Setiap pagi, aku akan keluar dari tempat persembunyianku--kaleng bekas yang begitu kotor. Menanti untuk melihat apakah kau akan segera menuju kesini untuk menghisap nektar di taman bunga yang tak begitu jauh dari tempatku menunggu. Dan, saat sayapmu itu sudah mengepak tampak di udara, aku akan kembali ke tempat persembunyianku, lalu diam-diam ; memperhatikanmu.

Seperti biasa, dari sebuah lubang kecil di tempat persembunyianku, aku memperhatikanmu yang tengah menari di udara. Terbang dari satu bunga menuju bunga lainnya. Kau tampak begitu manis, mengagumkan, dan selalu cantik. Dari lubang kecil ini; aku melihatmu begitu sempurna.

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Senja mulai menyapa. Sela kecil antara sore dan malam itu juga jadi saksi kepergianmu meninggalkan taman bunga itu yang menimbulkan luka pilu. Kepak sayapmu menjauh, entah akan kembali lagi atau akan selamanya pergi.

Tapi, tak apa. Aku bahagia bisa melihatmu meski bahkan kau tak tahu bagaimana rupa asliku. Aku bahagia bisa mencintaimu meski aku tahu pada akhirnya cinta yang ada ini tak akan mendapat balasan. Aku senang bisa mencintaimu, dan mengalahkan kepengecutanku sebagai Si Kotor yang mencintai Si Sempurna.

Kupu, biarlah cinta ini terus ada meski kaubahkan sama sekali tak mengetahuinya. Biarlah cinta ini terus tumbuh meski tak kau sirami dengan balasan. Biarlah cinta ini tetap ada, di sebuah kaleng kotor, di dekat taman bunga, tempatku terbiasa mengagumimu. Sesederhana itu.

Dari Larva,
yang membiarkan cintanya,
mengambang di udara,
bersama sayap indahmu.

Komentar

What's most