[Surat Cinta #3] Dari Martabak Manis untuk Angin Malam

Aku sangat membencimu.

Aku membencimu karena kau selalu menghancurkan kehangatanku. Aku membencimu karena kau membuat kenikmatanku berkurang. Aku membencimu karena keangkuhanmu membuatku selalu tak berdaya di hadapanmu.

Aku sangat membencimu!

Seumur hidupku, aku lebih senang diletakkan di sudut meja makan, di meja tamu, atau dipindahkan dari kotak sempit ini ke atas piring. Tapi, pria itu, yang sudah menghabiskan berbatang-batang rokok malam ini, meletakkanku di sini. Pada sebuah meja kotor di teras rumahnya. Dia bahkan sama sekali tak menyentuhku. Dia sibuk menyesap rokok kuat-kuat, dan Marlboro hitam itu seolah menatapku dengan pandangan mengejek. Aku semakin kesal.

Dan, kekesalanku bertambah ketika tubuhmu mulai menjelajahi tubuhku.  Aku semakin emosi kala kehangatanku mulai terkalahkan oleh rasa dingin yang terbawa olehmu. Aku semakin membencimu.

'Jangan benci aku. Sungguh, aku tak bermaksud untuk menghancurkanmu, aku hanya berusaha menghiburnya.'

Bisikmu yang langsung membuatku tersentak.

'Maksudnya?'

'Dia baru saja patah hati--oh, maksudku, bahkan lebih parah dari itu. Aku tak tahu apa yang menjadi alasannya, tapi, bisa kaulihat sendiri, 'kan? Dia tampak hancur.'

Aku mengalihkan pandangan ke arah pria itu--yang kini tengah menyalakan Marlboro-nya untuk kesekian kalinya. Ya, tampak begitu hancur. Tampak menyimpan kesedihan yang mendalam, dan tampak ada beban berat yang ia tanggung.

Aku mengalihkan pandangan pada sosokmu yang membuat suasana malam ini semakin dingin. Tubuhmu menari, bersenyawa dengan romantisme malam selasa ini. Kau menyentuh pori-pori kulit pria itu, menyapunya dengan dingin yang kaubawa. Sesekali, kau juga mampir ke tubuhku, dan melenyapkan kehangatanku.

Tiba-tiba saja, aku tidak membencimu. Ada rasa senang yang tiba-tiba menyeruak di antara gerutuku.

Aku senang ... melihatmu.

Aku tersenyum. Kau membuatku sadar bahwa beberapa hal tak hanya bisa dilihat dari satu arah. Kau membuatku merubah argumenku hanya dalam waktu sepersekian detik.

Kau berhasil merubah segalanya, termasuk hatiku yang tadinya sepi; mulai terisi olehmu pada setiap labirin-labirin kosongnya.

Hei, terima kasih karena telah membuatku; jatuh cinta padamu.

Dari Si Gempal,
yang mulai takluk oleh pesonamu.

Komentar

What's most