Terjebak Masa Lalu [Kepergianmu]

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak masuk ponselku. Tak ada lagi perhatian kecilmu yang selalu berhasil membuatku tersenyum malu. Kini tak ada lagi kamu yang akan mengisi dunia kecilku. Tanpamu semua berbeda, tanpamu semua hampa. Kini mungkin takkan ada lagi kita yang sempat menjadi bagian penting di hidupku.

Aku mencoba menjalani hari-hari seperti biasa. Membuka mata dan mencoba melihat lagi dunia yang kini takkan mungkin jadi sama, menerima kenyataan tanpa ada kamu didalamnya. Aku benci perpisahan. Ketika itu terjadi selalu ada yang terluka. Dan kini.. aku yang terluka. Terluka pada kepergianmu yang tiba-tiba, tanpa sempat mengucap kata pisah.

Aku menulis ini ketika aku sadar segalanya takkan dapat kukembalikan. Aku tetap terjebak dalam tempat bernama kenangan masa lalu yang tak mengizinkanku untuk pergi. Aku dibantai habis-habisan oleh kenangan yang terbentuk ketika luka yang kauciptakan itu tergali dalam. Aku terkurung dalam keterpurukan, kesedihan, dan kehampaan saat kutahu bahwa sosokmu hanyalah bayang-bayang, yang kini telah benar-benar hilang.

Ketika rasa sakit itu terbentuk, aku tidak tahu harus berbuat apa. Kamu, yang sempat singgah lalu pergi--walau sementara- telah berhasil mengubah segalanya. Kaurebut seluruh cintaku, kaurenggut seluruh air mataku, kausita perasaanku. Kau dengan hebatnya berhasil membuatku tetap bertahan, walau kau tak kunjung beri kejelasan.

Aku benci ketika merindumu dalam keadaan sesakit ini, tiap kusaksikan senyum itu terkembang untuk orang lain yang bukan aku. Aku lelah melihat tatap tajammu saat melihatku. Tatap tajam yang tak pernah kukenal sebelumnya, yang membentuk presepsi pada diriku bahwa sosok yang menatapku itu bukan dirimu. Kamu benar-benar berubah. Perubahan yang kubenci.

Bagaimana mungkin aku akan melepaskanmu disaat menggenggamu saja tak pernah?

Ketika kamu pernah jadi bagian hidupku, kau benar-benar mengubah segalaku, menghidupkan cinta dalam diriku yang sempat mati dalam beberapa waktu lalu. Dan ketika kaudapatkan segalanya, seolah tak punya hati, kau pergi. Dengan gaya angkuhmu yang mencipkan letupan luka dalam lubukku yang paling dalam.

Sayang, kau berhasil buatku terjebak dalam permainan waktu yang kauciptakan. Ketika waktu tetap bergulir dan bumi tetap berotasi, duniaku seolah lumpuh. Aku hidup dalam rasa sakit paling menusuk yang tak mengenal akhir. Aku benci mengatakan ini--tapi semua seolah tak ada artinya.

Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkali diri bahwa tanpamu aku merasa sepi. Sepi yang kusimpulkan dari segala sunyi senyap yang selama ini kurasakan ketika kamu pergi. Aku terbiasa hidup dalam rasa nyaman yang kauciptakan, tenggelam dalam mimpi-mimpi indah ketika kau bangunkan aku dan kau hempaskan aku kedalam kenyataan yang harus kuterima.

Dalam rentan waktu sekian minggu, tak ada lagi yang dapat kuceritakan. Aku selalu rindu padamu, rindu yang benar-benar dalam, yang tak kutahu akan dapat kupendam sampai kapan. Aku meyadari ketidak siapanku saat kautinggalkan, dan kini aku dalam keadaan rapuh-serapuhnya, menangisi dirimu yang tinggal sisa-sisa.

Rasanya ingin berhenti berharap. Ketika perjuangan yang kulakukan malah mendapat pengabaian. Aku tahu pasti kamu tidak sepeka itu untuk melihat perjuanganku, tapi tololnya aku, tetap melakukannya. Mengorbankan segalanya, hanya untuk satu; mendapat gubrismu.

Dan soal hatiku yang tinggal puing-puing. Kusanggup mengobatinya sendiri, dengan ramuan bernama tegar dan kekuatan yang masih kupunya.

Sayang, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu dengan kekuatan yang sulit dideskripsikan. Dalam rindu dalam yang tergali waktu. Aku begitu mencintaimu.

Komentar

What's most