Kepada Pria yang Tak Punya Perasaan [Terima Kasih]

Aku masih duduk termenung sambil menahan air mata sejak pulang tadi. Sebenarnya, tak layak jika disebut menahan air mata, air mataku sudah keluar, dan tanganku sudah berkali-kali menangkisnya. Sakit memang, tapi saat ini aku lebih senang dikatakan munafik.

Aku berterimakasih padamu, karena telah menunjukan seolah kita sedang baik-baik saja, telah memanipulasi ketidak akuran kita dengan senyum palsu dan basa basi memuakkan yang pernah kudengar. Aku berterimakasih karena telah memperlihatkan kepada semua orang bahwa tak ada yang berbeda diantara kita, tak ada benci dan tak ada dendam seperti yang sebenarnya. Terimakasih telah menuntutku agar munafik, aku senang.

Sepulang jalan tadi, aku berjalan menuju rumah sambil menggigit bibir, menahan agar air mataku tidak keluar. Aku benci jika dikatakan cengeng, walau sebenarnya aku memang begitu. Kamu tahu, pria tak berperasaan? Tadi adalah pengalaman yang paling menyakitkan sepanjang hidupku, tapi juga pengalaman paling hebat karena telah membuatku semakin tegar. Dan lagi pengalaman paling dramatis yang menuntutku agar akting sebaik mungkin.

Seperti yang kukatakan tadi, basa-basimu, senyum palsumu, bejat. Terima kasih sudah menyembunyikan semuanya, terimakasih telah menunjukan bahwa kita tetap baik-baik saja. Terimakasih.

Terimakasih sudah menyakitiku, membuat luka lagi dihatiku, dan membuat air mata ini jatuh lagi karenamu. Terimakasih sudah membangkitkan lagi luka lama sialan yang selama ini  yang selama ini mati-matian kusembunyikan.

Sayang, terimakasih sudah menyakitiku, setelah kau ciptakan cinta magis tanpa akhir. Terimakasih telah memahat lagi rasa sedih jalang penyebab air mata.

Terima kasih.

Dariku,
yang muak
menjadi muanfik.

Komentar

What's most