Dua Minggu Tentang Kita

Aku belum beranjak dari tidur. Kepalaku masih pening, mataku masih basah, dan dadaku masih sesak. Kamu tahu, sayang? Insiden semalam cukup membuatku terpukul, kita putus setelah baru dua minggu, tanpa alasan tanpa kejelasan, dan menjadi makin menyakitkan ketika kaukatakan bahwa mantanmu mengatakan hal yang tidak benar tentangku. Sungguh, bukan apa-apa, tapi aku kecewa kamu percaya.

Mantanmu, ah, gadis berambut sapu ijuk itu... dia tak tahu apa-apa. Bahkan dulu dia sempat menuduhku merusak hubungan kalian padahal kalian telah putus sekian waktu yang lalu, bahkan sebelum aku mengenalmu. Aku tidak mengerti maunya apa, masih mencintaimu mungkin? Dan kamu tahu, sayang, setelah hubungan kita retak dan hancur, kupikir dialah yang paling bahagia.

Jalang, jujur saja aku kecewa pada sikapmu. Kamu lebih percaya pada omongannya yang mengatakan bahwa aku tidak mencintaimulah, apalah, aku tak paham mengapa ucapan justru lebih menghipnotismu daripada ungkapan jujur perasaanku. Kamu tak bisa bertindak, mudah percaya, mudah diperdaya. Bagaimana mungkin kamu lebih mempercayai dia?

Setidaknya, ada beberapa pikiran negatif tentangmu. Aku berpikir bahwa selama ini hanyalah permainanmu. Hubungan kita adalah kesemuan yang sengaja kauciptakan, untuk memanipulasi perasaanmu, bahwa kamu masih sangat mencintai mantanmu. Mungkin aku hanya suatu pelepas pikiran sejenak, merilekskan perasaanmu, lalu setelah itu kau meninggalkanku untuk kembali padanya yang bagimu masih sangat berharga. Ya, ya, kalau itu benar, aku mengaku kalah.

Lagipula, aku ini siapa? Hanya mantan dua minggumu yang bagimu seperti angin lalu, tak dianggap, abu-abu. Aku jujur saja kecewa sempat memanggilmu sayang, kecewa berusaha untuk mencintaimu dan melupakan dia yang belum sepenuhnya hilang di otak. Dan setelah aku mulai mencintaimu, dan perasaan yang tercipta sudah begini dalamnya, kamu pergi, dan segalanya kamu bawa. Yang kau tinggal hanya kenangan-kenangan, yang sebetulnya tak begitu berarti.

Saat ini, aku masih menetralisir rasa sesak yang mengumpul didada. Aku bersumpah aku tidak akan menangis lagi. Toh, masih banyak lelaki diluar sana yang jutaan kali lebih baik dirimu. Yang mungkin akan sanggup melengserkan posisimu dari hatiku, lalu kamu akan sepenuhnya pergi.

Pacarku masih sayang sama mantannya. Aku tertawa getir. Kalau begitu, kenapa dulu kamu memaksakan diri menembakku? Kasihan? Tidak tega melihat gadis yang baru ditinggal sebelum sempat memiliki ini? Hei, kamu tahu? Aku tak butuh dikasihani!

Oh, ya. Aku tetap akan berkata terimakasih karena kamu sudah sempat hadir dan menjadi bagian dari hari-hariku. Kupikir galau setelah putus wajar, 'kan? Tapi tentulah rasa sakit kali ini takkan kubiarkan berlarut-larut sampai kebahagiaanku terganggu. Saat ini, aku sudah siap untuk berdiri lagi. Aku sudah siap untuk bahagia lagi.

..dan aku, sudah siap untuk mencintai orang lain lagi.

Dari mantan,
yang didzolimi mantanmu. :)

Komentar

What's most