Sepenggal Kenangan

Sayang, ini surat yang entah ke berapa yang kutujukkan padamu yang tentu saja takkan pernah sempat kau baca. Kamu tahu? Aku baru saja mengambil beberapa buah batu dengan ukuran sedang berbentuk setengah lingkaran. Sayang, kau pasti mengerti apa arti batu itu.

Kamu--si raja banyolan. Boleh aku flashback sebentar?

Kejadian waktu itu masih benar-benar kuingat. Aku yang tengah duduk tenang, membaca sebuh buku, tiba-tiba terusik oleh suara seperti sirene yang kau hasilkan. Kamu membawa sebuah batu-atau tepatnya menyeret- berbentuk setengah lingkaran. Batu itu kau ikat dengan tali berwarna hijau muda, di badan batu itu aku bisa melihat jelas. "Batu ini namanya ROCKY". Kau pasti ingat betul waktu aku langsung tertawa terbahak-bahak melihat itu. Buku yang tengah kubaca kuabaikan begitu saja. Aku jadi tenggelam dalam kenikmatan mengagumi pesonamu, yang walau kekanakan, tetap mengagumkan. Kamu tertawa lepas sambil sesekali mengajakku bicara. Kamu terus berlari, mengelilingi kelas, sambil mengenalkan pada semua orang bahwa Rocky adalah peliharaan barumu.

Kamu mulai mengerjai seseorang, yang memang biasa kau bully, dengan menaruh batu itu kedalam tasnya. Melihat ekspresimu membuatnya jadi tertawa. Aku tertawa. Dan semua orang yang ada di kelas tertawa. Kamu memang jagoannya mengocok perut orang-orang.

Sayang, sejak itu si Rocky jadi peliharaanmu, mungkin semua orang akan mengataimu aneh dan kekanakan, tapi entah bagiku kamu terlihat sangat mempesona dan mengagumkan. Kamu punya kharisma kuat yang jarang dimiliki orang lain. Kamu sosok yang tegar, yang sanggup menyembunyikan masalahmu dibalik tawa palsumu, bahkan kamu berhasil membuat orang ikut tertawa. Sayang, kamu punya aura dingin yang memabukkan, hingga tiap didekatmu, tubuhku seolah menggigil. Membuat sejenis sugesti dalam otakku, dengan hipnotis yang memaksaku untuk mencintai kamu dan terus mencintai kamu. Hingga seolah tak ada alasan yang cukup masuk akal untukku melupakanmu. Sayang, aku sedang dalam pengaruh hipnotis. Hipnotis harapan.

Aku menatap batu di depanku dengan tatap sendu. Niat awalku adalah agar aku bisa melihat dirimu, minimal auramu, pada batu yang mirip Rocky ini, tapi melihat batu ini malah membuatku menangis. Aku ingat pada semua perlakuanmu akhir-akhir ini. Kamu yang tiba-tiba dingin, kamu yang tiba-tiba kasar, kamu yang tiba-tiba... tolong, aku sudah tidak kuat.

Rocky, ah... aku jadi kekanak-kanakan, sama sepertimu. Sungguh, aku merasa sinting. Aku merasa begitu dirajai oleh kegilaanku akan sosok kamu. Aku begitu mencintaimu, meski kamu tidak akan pernah mengerti itu. Kamu tidak akan sepeka itu untuk melihat cinta itu.

Sayang, tolong. Berhenti pancarkan aura mengagumkan yang begitu ku idamkan. Tolong, kali ini kau harus benar-benar pergi. Jangan datang lagi, dan buat aku jadi mencintaimu lagi.
Hei, bukankan sekarangpun aku masih mencintai kamu?

Dari si tolol,
yang menggilaimu.

Komentar

What's most