Get Well Very Soon

            Kita bukan sehari dua hari kenal, Tuan. Aku sangat mengenalmu sampai rasanya aku mengerti kamu sampai ke tulang-tulang. Maka, jangan salahkan aku jika aku juka khawatir sampai ke tulang-tulang melihatmu sakit, sekarang. Juga jangan heran bahwa aku akan memantau kondisimu sedetik sekali untuk memastikan bahwa kau tak kehilangan kesadaran. Atau, anggap saja aku suster yang siap kau mintai tolong untuk diambilkan teh hangat saat kepalamu sangat berat.

            Maaf, Tuan, jika menurutmu kekhawatiranku menyebalkan. Aku terlanjur mencintaimu dan sesuatu yang terlanjur tidak kenal kata batal. Maka sebagai pecinta yang sewajarnya aku ingin memastikanmu baik-baik saja. Baik fisik maupun hatimu. Aku ingin kau tetap sehat. Begitu saja.

            Aku terusik rindu. Juga keinginan mendalam untuk memelukmu agar sakit yang menyerangmu beberapa hari terakhir juga bisa kurasakan. Agar kau tak perlu menggigil karena demam itu sudah menguasai sistem pertahanan tubuhmu dan kau tak perlu merasakan kepalamu super berat karena pusing. Karena aku sangat khawatir sampai aku ingin menangis, sampai rindu itu membunuh sel-selku, sampai rasanya aku ingin menyakiti diriku sendiri. Kamu tidak akan mengerti dan aku juga tidak ingin kamu mengerti. Aku tidak ingin kamu jadi khawatir juga dan kamu jadi tidak segera sembuh. Padahal, banyak hal yang kurencanakan minggu-minggu terakhir ini. Hari-hari panjang yang ingin kuhabiskan bersamamu.

            Aku berimajinasi kita punya hari yang begitu panjang yang tak punya selesai di senjanya. Dan kita akan menghabiskan dua potong jagung bakar dan dua gelas kopi sambil berbincang di teras rumahku sambil menonton hujan. Hujan sudah sering datang akhir-akhir ini, Tuan, dan kamu tak kunjung mengetuk pintu rumahku untuk mengencaninya. Sakitmu membuatmu lemah dan aku jadi ingin merutuki diriku sendiri. Seperti orang bodoh yang ketakutan. Seperti orang tolol yang begitu takut kehilangan.

            Maaf, kalau kekhawatiranku membawa beban. Karena aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku tahu bahwa sakitmu hanya sepele tapi ketakutan ini begitu berisik, berdengung, dan aku tak lagi mampu meredam telinga untuk tidak mendengarnya.

            Lekas sembuh, Tuan. Karena aku tidak tahu lagi bagaimana cara bertahan diri tanpa tawa dan candaanmu lagi. Aku ingin memelukmu, tapi jika aku melakukannya, seluruh dunia akan menertawakan kita. Maka dari itu, segeralah baik-baik saja. Agar kita bisa bersembunyi seperti biasa dan saling mencintai tanpa diketahui siapa-siapa.

            Cepat sembuh. Aku cinta kamu, walau kamu bosan mendengarnya. Aku cinta kamu.


            Lekaslah sehat, Tuanku.

Komentar

What's most