Perpisahan dan Kekosongan Beruntun

Tidak akan ada yang selesai hanya dengan mengucapkan goodbye. Sebab perpisahan tak pernah sesederhana itu. Akan ada hari-hari penuh sendu di mana ia berjalan seperti tak tahu jalan pulang.

Mungkin saja, saat ini perapianku tak lagi sehangat dulu. Sepinya kehilangan bahkan mampu membekukan api. Akan banyak waktu yang akan kulalui tanpamu, dan semua terlalu rumit. Kita memang masih satu tempat sekarang, satu ruangan, dan semesta kita masih satu dimensi. Tapi, apakah ada jaminan jika setelah ini jarak akan berhenti?

Karena bahkan dalam kondisi sedekat inipun kamu tak lagi tersentuh jemari. Ada sekat yang terang melarang kita dekat.

Aku benci perasaan ini. Saat aku duduk di sudut ruangan, sendirian. Sama persis seperti dulu saat Kamen Rider meninggalkanku. Kamu memperlakukanku dengan cara yang persis sama. Bukan karena kekanakan atau aku adalah seorang pendendam, tapi perkara perihal pergi tak pernah cocok diperbincangkan dengan hati. Akan ada retak tak terbantahkan, menjelma rasa sakit yang sulit dijelaskan.

Aku ingin membencimu, memperlakukanmu seperti kamu memperlakukanku. Tapi, semuanya sulit. Rindu dengan keterlaluan mengurungku dalam tempurung. Sebab kangen tahu cara mulai tapi selalu lupa cara selesai.

Maaf. Aku ingin benci tapi sekarang aku sedang dalam merindukanmu setengah mati.

Ditulis saat kelas Sejarah Indonesia.
Jam kosong.

Komentar

What's most