Cinta Rasa Derita

Aku masih duduk di sini, di sebuah kursi rindu yang menjelma singgasana luka semenjak kau sepenuhnya hilang dari jamahan mata. Mengaduk segelas kopi yang dulu pernah kita aduk berdua, berbagi pahit dan manis bersama. Kini, aku hanya sendiri menyesap kopi ini panas-panas, dengan pahit di lidah yang membekas, seiring bayangmu yang semakin sulit kulepas.

Cerita kita hanya dusta yang manisnya terpaksa. Karena cintamu hanya kebohongan yang paling nyata. Kita tak akan bertemu dalam satu bahagia, apalagi; senja yang sewarna.

Tak begitu banyak yang tahu bahwa bahagiamu adalah duka-ku; ketika kupaham bahwa alasan dibalik itu tak lebih dari kekasih barumu. Senyummu, yang sempat kau tujukan untukku--meski tak sepenuhnya milikku--kini secara cuma-cuma kau berikan untuk dia. Kini, tinggal aku yang semacam gadis bodoh yang senang menguliti luka. Luka pemberianmu, yang semakin basah oleh air mata. Sakit darimu, yang semakin sulit kutahan sesaknya.

Seperti yang bisa kaubaca, gadis yang masih-amat-sangat mencintaimu ini tak berhasil menyembunyikan air matanya karena melihatmu bahagia. Silakan, kau boleh maki egois bahwa pada senyummu yang terkembang manis, cinta kalian yang magis, hatiku pelan-pelan teriris. Aku terlanjur jatuh padamu, sedalam-dalam rindu, dan sulit menyelaminya.

Aku tak bisa menyangkal, bahwa sosokmu terlalu kekal. Jutaan mimpi terlanjur kupintal, tapi ternyata semua bagimu masih terlalu dangkal. Doa yang kupanjat mungkin sudah sampai pada langit, tapi tentu belum sampai padamu. Karena nyatanya, kau tak pernah tahu, bahwa aku senantiasa melukai diri untuk terus mencintaimu.

Aku tak percaya bahwa sejauh ini aku masih bisa berjalan walau terlunta-lunta. Sekelebat bayangmu terlalu sering hadir hingga aku senantiasa terjebak pada nostalgia yang pahitnya luar biasa. Semua tak lagi sama, tapi masih hangat di otakku betapa dulu kita pernah nyaris berpayung pada satu cinta. Kini, payung itu tak lebih dari sekadar pengumbar derita. Dia melindungiku dari bahagia yang dengan egois kuinginkan alasannya masih tentang kita. Payung itu sudah tak jelas bentuknya, dan aku tak tahu harus bagaimana.

Nada-nada perpisahan terputar lirih di telingaku. Getarnya membuat tangisku makin pilu. Aku ingin kautahu bahwa malam ini, aku benar-benar sangat merindukanmu. Aku ingin kaupaham bahwa sampai malam ini, sampai detik ini, cinta untukmu belum pergi dari hatiku. Aku masih belum melupakanmu. Seiring waktu yang terus berjalan meninggalkanku di belakang. Sering kenangan yang masih terus memukulku sampai rasanya ngilu. Aku belum melupakanmu dan terus terang; cintaku masih sama seperti dulu. Aku masih mencintaimu.

Aku berterima kasih karena bersamamu aku kenal bentuk cinta paling sederhana. Kau biarkan aku merelakanmu bahagia walau mati-matian aku bertahan agar tak terbunuh oleh siksa cinta. Kau biarkan aku melepaskanmu untuk bersamanya saat aku betul-betul berharap kita bisa bersama. Kau beritahu aku bentuk cinta paling sederhana; mengikhlaskanmu pergi setelah hati ini berjuang agar kau tetap di sini.

Tapi, jika boleh meminta satu hal paling egois di dunia, aku ingin sedikit saja kaumengingat tentang kita. Agar kau tahu betapa cerita itu terlalu dalam menorehkan luka.

Komentar

What's most