Drama yang Nyata

Tak ada yang bisa kulakukan untuk saat ini. Yang kutahu hanya sakit dan patah tak beraturan yang membuatku selalu ingin terus menangis. Aku ingin terbang, bebas melayang ke angkasa menembus langit biru. Aku ingin pergi, sejauh kakiku dapat berlari. Aku ingin beranjak, seperti yang kalbuku mau, seperi yang hatiku inginkan.
Aku ingin menjadi diriku sendiri, yang bebas tertawa dan menangis dengan kata-kata. Aku ingin menjadi angin yang tembus pandang, bebas berlarian tanpa dilihat orang. Aku ingin menjadi diriku sendiri, yang bebas berlari, tanpa takut dikejar. Bebas berjuang, tanpa takut tak dihargai.
Iya, aku ingin menjadi aku yang aku!
Bukan seperti sekarang; dimana aku tidak mengenal diriku sendiri. Dimana aku tidak tahu menahu bagaimana bentuk asli jiwaku. Siapa aku? Seperti kursi bangkotan yang sebentar lagi rusak, seolah dapat terhitung waktu. Aku seperti pohon plastik, penuh kepalsuan, penuh drama.

Hanya satu yang nyata; air mata.
Tiap kali menangis, tak ada yang kupalsukan. Tak ada yang bisa memalsukan kesedihan, tapi mungkin bisa dimanipulasi. Air mataku selalu jatuh, menetes dengan sendirinya, ketika aku merasa begitu lelah bermain drama. Memakai topeng, menyungging senyum palsu.

Aku yang sekarang bukan aku!
Akulah seonggok manusia yang hanya bisa berpura-pura. Memanipulasi rasa seolah aku sedang baik-baik saja!
Muak! Muak! Muak!
Tak ada yang tulus didunia ini. Tak ada yang dapat menerima apa adanya. Tak ada yang sanggup jujur dan berterus terang.
Semuanya betopeng, berjubah, bergonta-ganti wajah. Yang seolah kenal padahal aslinya samar. Yang seolah nyata padahal aslinya tak ada. Yang seolah terjamah padahal tidak terasa.

Malu campur bisu. Disaat sendiri seperti ini tak ada yang berminat hadir menghampiriku, mengusap air mataku, menemaniku, membantuku mengemasi kepingan-kepingan hatiku. Kemana kalian, hei jalang? Kemana kalian yang menyebut diri kalian teman? Kemana yang katanya dapat diandalkan? Kemana, ha? Kemana?

Jalang, bajingan, psikopat! Manusia berjubah malaikat, berhati bangsat! Banyolan maksiat! Lucu tak bermartabat! Senyum biadab!
Bangsat, kau! Pengkhianat, bedebah!

Untukmu, yang menyebut dirimu; hebat.

Komentar

What's most