Aku Tidak Mengerti

Aku rindu. Sebut saja begitu.
Ini bukan tentang aku, juga bukan tentangmu. Ini tentang cintaku yang tetap terpaku pada satu orang; kamu. Entah sampai kapan aku akan terus bertahan pada posisi ini, dimana kita berdua hanya terus berdiam dan saling melukai. Aku tidak mengerti pada semua sikapmu, tak pernah benar-benar mengerti.

Perubahanmu yang tiba-tiba membuatku cukup hancur. Aku yang sedang dalam posisi mencintai, harus ikhlas untuk disakiti lagi. Kamu menjauh, dan aku hanya bisa menerka-nerka alasan yang sampai kapanpun takkan pernah kuketahui. Kucoba cari satu kalimat yang dapat membuatku mengerti, tapi nihil, kamu tetaplah kamu, yang adalah sosok sulit kutebak dibalik tatap mata nengandung magismu itu. Kamu adalah teka-teki yang punya banyak jawaban, kamu adalah misteri yang memiliki jutaan arti. Kamulah mitos yang paling kupercayai. Kamulah pria sejuta rahasia yang paling kucintai.

Aku tidak mengerti, sudah berapa tetes air mata dan aku masih mencintaimu. Aku tidak mengerti, mengapa aku masih berharap perubahanmu yang mungkin takkan pernah terjadi. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa sebodoh ini mencintai walau kuterus terlukai.

Kita, tiap saat kutangisi kita. Dan hadirmu yang ada dan tiada. Kamu seolah nyata, tapi tak dapat benar-benar kujamah dengan nyata. Tiap saat kumengingatmu, ingat  bagaimana kita dulu, bagaimana senyum kita dulu, dan betapa bahagianya kita dulu.

Sering kuminta pada Tuhan, agar mengembalikan sikapmu. Agar dapat kucap lagi kebahagiaan tak terkira, hanya dengan melihatmu tersenyum denganku sebagai sebabnya. Sering kutangisi kamu tiap malam, kudesiskan namamu disela doaku, kuhembuskan cinta untukmu dalam tiap napas. Tapi belum pernah ada hasil dari semua itu. Cintakah yang rasanya sesakit ini?

Kamu masih menjadi tokoh utamaku. Tokoh utama dalam cerita yang entah bagaimana akhirnya. Karena kini, sedih yang kurasa tak kenal akhir, sakit yang kuderita tak kenal sembuh. Yang ada hanya kebutaanku, dan kebisuanku akan bahagia.

Kamu disana. Meninggalkanku sendirian, dan menjadikanku seperti pungguk merindukan bulan. Membiarkanku kedinginan, mendambakan pelukan.

Kamu tak ada lagi. Yang ada hanya aku sendiri, menunggu batas senja menujukan akhir semuanya.

Sayang, kulelah akan kita. Bisa kuminta kau berhenti, dan mulai memustuskan akan kembali atau pergi?

Dariku;
yang hatinya
ditarik ulur

Komentar

What's most