Diantara Kesakitanku

Aku berada dibalik meja saat tiba-tiba kamu lewat tepat didepanku. Kulit cokelatmu, hidung mancungmu, dan seplastik manisan kesukaanmu kautenteng ditangan kanan. Jantungku berdetak. Melihatmu lewat tanpa mempedulikanku, cukup membuatku seperti kehilangan hati.

Sebelum itu, aku ingat ketika mantan kekasihmu yang masih kaucintai itu tiba-tiba datang dan menanyakan kabarmu. Tidakkah kau menceritakan kerenggangan hubungan kita padanya? Aku menatapnya heran dan dibalas dengan tawanya yang membuatnya menjadi semakin mempesona. Dia heran bagaimana aku tidak tahu kabarmu saat ini. Ucapannya membuatku meringis.
Kuceritakan yang kutahu, kukatakan yang kumengerti, dengan menyingkirkan tentang kita yang sudah tidak dekat lagi. Kulihat dari tatap matanya, dan menangkap isyarat bahwa dia masih menyimpan cintanya untukmu. Kenyataan yang bagiku cukup menyakitkan.

Kamu masih sama dengan kamu yang kukenal dulu. Tawamu yang renyah, jokesmu yang punya sejuta makna pengundang tawa, segalanya masih sama, yang beda hanya kini tak ada lagi aku yang menjadi pemeriah pertunjukan comedymu. Aku hanya bisa menatapmu dari kejauhan, dan berharap semuanya masih bisa kukembalikan seperti semula. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk mengembalikan kita, segalanya seolah salah, yang kulakukan tak lagi berarti bagimu.

Kuratapi kepergianmu, dan menyaksikan hidupmu yang tanpa perubahan setelah perpisahan kita. Berbalik ratusan derajat dibanding kehidupanku yang seolah tak lagi punya makna. Kamu yang bahagia, bukan lagi aku sebabnya.

Sebenarnya ada orang lain, yang jokesnya tak kalah bila dibandingkan dirimu. Tapi entah mengapa sosoknya masih belum bisa menggesermu yang punya posisi penting dihatiku. Ia tak kalah tampan. Dan tak kalah cerdasnya dibandingkan dirimu. Dia seniman, sama sepertimu. Tangannya lihai mengeluarkan imajinasi dalam otaknya. Dialah pria dengan jutaan imajinasi. Yang dengan kepolosannya membuatku menaruh harap padanya, agar bisa melengserkanmu sebagai tokoh utamaku. 

Tapi, entah kapan ia akan berhasil menggantikanmu. Saat ini yang ada hanyalah kamu, yang mengepul diotak, menenuhi hati. Yang ada hanya kenanganmu, yang belum bisa kulupakan sepenuhnya. Hanya cintaku, yang terus abadi dalam kebisuan dan gagal mengungkapkan.

Sampai kapan, aku tidak mengerti pada saat seperti apa ketidak jelasan ini akan berakhir. Entah ketika kelulusan nanti, atau kapan aku tidak sanggup untuk menerka. Yang dapat kucerna adalah aku masih sangat-sangat mencintaimu. Dengan rasa yang tidak layak, dan sakit yang sudah tak dapat dipertahankan. Aku mencintaimu, bahkan disela-sela kebingunganmu menentukan arah tujuan hidup. Aku mencintaimu, sesakit apapun yang pernah hadir menyerang hatiku.

Cinta yang tetap bisu, bahkan saat segalanya sudah harus berakhir dengan abu-abu.

Dariku,
yang tak tahu cara
melupakan kenangan

Komentar

What's most