Untuk Lelaki yang Asik Bermain Hati.

Di malam sedingin ini, pasti kamu yang ada diseberang sedang berpeluk mesra pada gadis lain yang mulai berusaha kau cintai. Aku benar, tidak?
Malam ini hujan, deras sekali. Aku sudah berhenti menangis, bukan karena berhenti terluka, tapi air mataku sudah kering, sudah mulai lelah mengerang.

Aku masih ingat. Bagaimana aku bisa secepat itu membenci lelaki seperti kamu.
Aku yang tidak tahu apa-apa masih seperti biasa mencintai kamu, berjuang untuk cintaku, berusaha agar cinta ini dapat menjamah hatimu. Aku masih merindukanmu, masih tak mau tahu tentang semua kabar yang berseliweran di telingaku bahwa kamu lelaki yang tak cukup baik untuk kucintai. Aku tak peduli pada setiap ungkapan yang menjelekkan kamu, bahkan aku membelamu. Aku selalu menutup telinga pada setiap bisikan yang mengatakan bahwa kamu tak cukup hebat untuk kuperjuangkan. Aku bodoh karena aku tak percaya. Dan kebodohanku semakin lengkap ketika aku tahu bahwa kamu memang seperti yang mereka bilang.

Lelaki pecinta wanita, apa semua cintaku kurang untuk sedikit saja kau hargai?
Tidak, aku tidak berharap kau akan membalas cintaku dan kita akan bersatu. Yang benar saja, aku tidak sebodoh itu.
Hanya aku ingin kamu cukupkan permainan cintamu. Berhenti memainkan perasaan wanita. Berhenti meloncat dari satu pelukan ke pelukan lain. Sudah cukup kamu mencari wanita, kau jadikan boneka, lalu kau buat mereka terluka. Sudah cukup.
Tak ingatkah kamu akan karma? Mungkin saat ini, kamu masih nyaman dengan setiap permainan yang kau mulai tanpa pernah kau akhiri. Kamu masih asik mencari-cari celah untuk singgah pada satu wanita, tanpa pernah mencoba untuk tinggal. Suatu saat nanti, aku berharap kamu dapat mendapat suatu pencerahan, bahwa yang kau lakukan adalah kesalahan.

Suatu saat nanti, takkan ada lagi wanita yang dapat menerimamu. Mereka akan meninggalkanmu tanpa mencoba menengokmu sama sekali. Nanti, kalau saatnya tiba, mereka akan cukup muak jika harus mencampakkanmu. Karena jujur saja, lelaki sepertimu memang pantas dicampakkan.

Bukan. Bukan aku mendoakanmu yang buruk-buruk. Aku selalu berharap agar kamu berhenti bermain-main pada perasaan. Cinta itu seperti api, jika kobarannya makin membesar, ia justru akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri.
Sayang, cinta itu sakral. Jangan main-main atau kamu akan celaka.

Saat ini, kamu mungkin masih sibuk mengoleksi pin BB gadis-gadis cantik yang dapat kau permainkan perasaannya. Lalu mereka terluka, tanpa mencoba membalasmu sama sekali. Kenapa? Karena mereka sadar. Soal balas-membalas sudah diatur hukum karma.

Lelaki pemain hati, kamu saat ini tak cukup mengerti bagaimana perasaan bisa menjadi bumerang. Kamu hanya tahu bahwa kamu senang bermain-main. Main api. Cari mati.
Kamu masih terus belajar bagaimana akting yang baik, bersikap manis yang lugu, dan cara meninggalkan wanita tanpa merasa berdosa. Pengkhianat. Kemana perasaanmu sebenarnya?

Ah, sepertinya sudah cukup doaku. Aku sudah mencoba berjalan sendiri tanpa gandenganmu. Aku cukup kuat sebagai salah satu wanita bekas korbanmu. Kalau dipikir-pikir, rasanya menyesal. Berapa liter air mata yang sudah kujatuhkan untuk mengenang kepergianmu?
Sayang, aku hanya bisa berdoa semoga segala permainanmu takkan menghancurkan reputasimu sebagai pria tampan yang pemain futsal yang menjadi idola semua wanita. Aku mendoakamu selalu agar kamu lekas sadar dan meninggalkan keburukanmu.
Karma, sayang! Karma!

Salam, ya..
Aku yang tersakiti, mendoakanmu dari sini. Semoga kamu akan mengerti. Cinta tak selemah itu untuk dapat kau mainkan sesuka hati. Yang pasti, ia mengerti bagaimana cara memilih. Yang baik, akan abadi.
Selamat berubah, Sayang.

Komentar

What's most