Masih Tentang Kamu

Sebenarnya, sejak tadi aku tak ada waktu untuk sedikit menyisakan ruang di otakku untuk memikirkanmu. Aku sibuk. Ada banyak yang harus kuurus dan kuperbaiki. Kamu tahu, banyak hal yang terbengkalai ketika aku mencintaimu. Dasar pembawa pengaruh buruk! Kamu tiba-tiba saja datang dan memporak-porandakan segala isi otakku. Semuanya jadi berantakan lagi. Lalu, aku mulai sadar bahwa aku masih menyisakan rindu untuk kamu.

Kamu tentu tak tahu, betapa besar pengorbanan yang kulakukan untuk kamu. Sosok yang pernah menghiasi segala mimpi-mimpi indahku. Ah, kamu memang mimpiku.
Di dalam mimpi, kau adalah milikku, tetapi di dunia nyata kau malah menjadi mimpiku.

Jelaskan, mengapa sosokmu begitu sulit kulupakan? Ajari aku, ajari bagaimana agar segalanya dapat kulalui tanpa pernah mengingatmu lagi.
Sayang, lepaskan jeratmu pada sayapku. Agar aku bisa mengepakkan sayap itu untuk terbang jauh meninggalkanmu. Agar aku tidak lagu terjerat pada semua luka yang sukar sembuh. Agar aku tidak lagi tenggelam pada luka yang sama.

Kamu, adalah sosok yang jujur saja masih menjadi impianku. Kamulah yang mengajariku agar memperjuangkan sesuatu yang kita inginkan.
Sayang, genggam tanganmulah yang membuatku yakin. Pelukan hangatmulah yang membuatku kuat. Hingga membuatku makin berharap agar semuanya tidak terjadi secara singkat.
Lalu kamu pergi, dan kepergianmu menghancurkan segalanya.

Aku menyadari bahwa ucapan manismu tidak hanya kau katakan pada semua wanita. Kamu selalu datang dan pergi tanpa pernah mencoba untuk benar-benar tinggal. Setidaknya, alasan itu sudah cukup kuat untuk membuatku menyesal pernah memperjuangkanmu.

Saat ini, aku sedang mencoba meredam jutaan kamu yang memenuhi otakku dan bergumul seperti asap rokok. Kenangan-kenangan yang selalu gagal kulupakan, kuabadikan dalam perasaan. Tidak cukupkah kesakitanku?

Entah aku dapat kekuatan darimana bisa mencintai manusia serba tak perasa seperti kamu. Tak punya otak, tak punya perasaan. Kamu tak peka, atau tak peduli, sih, sebenarnya?

Untuk lelaki pecinta wanita, diujung sana.
Aku sudah mendengar keluh kesah gadis-gadis yang sempat terbuai pada ucapan manismu. Benar-benar ular berbisa.
Aku disini, takkan memposisikan diri sebagai pihak paling benar, atau korban. Aku menyebut diriku sebagai teman curhat mereka yang pernah begitu dalam mencintaimu. Seandainya kamu tahu beberapa hal tentang perasaan, mungkin kamu akan berhenti bermain-main seperti ini.

Sore ini, masih ada sedikit mendung menguasaiku. Ah, tidak. Aku takkan sebodoh itu menangisimu sekali lagi. Aku hanya berdoa, semoga kau senantiasa sehat selalu diujung sana. Aku yang pernah mencintaimu, sedang mencoba melupakanmu, nih! :)

Komentar

What's most