OTAK vs. HATI

Aku masih bengah. Tidur diselingi dengan butiran-butiran air mata. Sorot mataku masih sayu dan aku tak sanggup menatap tajam seperti biasanya. Sungguh aku mulai letih merindukanmu, tapi aku sudah berusaha menyingkirkan perasaan itu jauh-jauh. Aku tak boleh lagi mengingatmu. Lelaki tak punya perasaan yang mudah menebar cinta pada puluhan wanita. Berengsek.

***

Otak terus-terusan memantau hati. Memantau darah yang keluar darinya sembari terus bicara.

"Kamu harus melupakannya." Ujar otak pada hati.

"Aku sangat mencintainya, sungguh!" Jawab hati sembari terisak.

"Jangan bodoh! Jangan mencintai seseorang yang bahkan tak menghargai perasaanmu sedikitpun." Otak mulai kesal dengan tingkah hati.

Mereka berdua terdiam. Tenggelam dalam argumen masing-masing. Bergelut dengan opini yang menggelantung.

"Apa tidak ada cara lain?" Ujar hati memecah keheningan.

"Ada."

"Apa?"

"Bangkit dan lupakan dia. Jangan membodohi dirimu dengan terus menangisi hal yang sama. Jangan terus-terusan memelihara dan tenggelam dalam luka. Kau tahu dia tak pantas untukmu, tapi mengapa kau terus memperjuangkannya? Kupikir segalanya cukup sampai sini. Kau bisa berdiri lagi lalu pergi." Kata otak panjang lebar. Membuat hati terdiam.

"Bagaimana caranya aku bangkit dari rasa sayang sedalam itu?"

"Yakinlah. Berhenti berjuang."

"Akan kuusahakan."

"Harus berusaha!!"

"Akan kucoba.."

***

Aku terbangun dari tidurku. Kepalaku pening, hidungku mampet. Aku pasti terlihat benar-benar buruk saat ini. Aku memegang kepalaku, rasanya nyut-nyutan, mungkin setelah ini aku akan sakit.
Tiba-tiba aku teringat akan mimpi anehku sewaktu tidur tadi. Otak dan hatiku bercakap-cakap dan aku menyaksikannya. Aneh.

Aku menyadari sesuatu...
Aku menyadari sesuatu...

Semua ada hubungannya dengan pria itu. Pria yang kuperjuangkan, tapi yang kudapatkan hanya luka dan kesakitan.
Mungkin ini saatnya aku mengakhiri segalanya. Bangkit dan kembali tegak berdiri, tidak tertatih seperti saat ini.

Wahai pria yang asik bermain hati, kau bisa bermain dengan dramamu, tapi tidak dengan karmamu.

-END.

Komentar

What's most