Menjadi Sama dengan Laki-laki Itu

                 Pada satu saat, ketika kau tidak menduga, semesta melemparmu di tempat yang sama dengan seseorang yang sama terlukanya dengan dirimu; sama tidak utuhnya; sama rumpangnya;

                Lalu tiba-tiba kau merasa, kau dan dia begitu sama.

               Semesta melemparmu ke tempat itu, tanpa petunjuk apapun, hanya memintamu untuk mencoba. Seperti bertaruh dengan melempar dadu, bagaimanapun hasilnya; kau hanya boleh menerima tanpa banyak bertanya.

                “Mengapa kau masih di sini?”

               Konstruksi batin manusia terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja. Kau membatin dan meyakinkan diri betapa ingin kau untuk mencoba, tapi di lain sisi kau merasa begitu takut. Kau takut bahwa semakin kau jatuh, semakin juga kau cinta tanpa menemukan dasarnya; dan sampai kapanpun pula kau tidak akan pernah sembuh. Kau sudah terbiasa, tapi tak pernah bisa berdamai dengan itu.

                Kau dan dia sama-sama tidak dewasa dengan cara sendiri-sendiri. Tidak punya cukup kekuatan untuk saling membutuhkan dan kalian terlalu malas untuk berjuang. Kau malas untuk berjuang.

            Kau telah melewatkan begitu banyak waktu dengan bersendirian, menghabiskan malam dengan menangis tanpa pelukan dari siapapun, maka kehadirannya tidak mengisi apa-apa pada dirimu. Kau bukan kuat, kau menolak disembuhkan. Kau menolak jatuh cinta lagi. Kau menikmati segala luka itu, membiarkan dirimu dibayang-bayangi oleh pria yang bahkan kini sudah jauh lebih bahagia, dan kau tidak beranjak sedikitpun.

                Kemudian, kau memutuskan melangkah pergi. Meninggalkan sesuatu yang belum kau mulai sama sekali. Membawa harapan yang belum sempat kau penuhi. Membawa luka yang entah kapan jadi kering.

                Kau, jadi sama dengan laki-laki itu. Kau menyerah soal melupakan, kau menyerah soal cinta. Kau membiarkan dirimu menjalani hidup dengan segala rasa sakit dan ketakutan itu. Kau juga menyalahkan cinta, menyalahkan semua laki-laki di muka bumi ini, padahal hanya satu yang pernah menyakitimu. Kau tak lebih baik dari laki-laki itu, bahkan setelah kalian putus, bahkan setelah kalian tak lagi berhubungan. Kau melewatkan banyak cinta, kau menolak banyak kebahagiaan. Kau terus melangkah pergi membawa luka menahun yang kau simpan sendiri. Dibayang-bayangi ketakutan bahwa mungkin sampai kapanpun kau tak akan pernah jatuh cinta lagi, hanya karena pernah diselingkuhi; sekali.

                “Kapan kamu merasa harus menyerah soal aku?”

                Kini, kau menyerah soal dirimu sendiri.

Komentar

What's most