Rumah

tumblr.com

            Kita hanya dua orang dengan rumah bertetangga. Dekat tapi lebih jauh dari yang terlihat. Kita selalu berdiri di depan pintu, saling menunggu, dan tak ada yang lebih dulu mencoba mempersilakan masuk.

            Aku ; rumahku berantakan, perabotanku tak tersusun rapi, dan peralatan dari kaca membuat kepingannya tersebar ke mana-mana. Tak betah, tapi aku belum mau merapikannya sebab orang yang kuinginkan menjadi tamu masih nyaman tinggal di rumahnya sendiri yang ...

            Kau ; rumahmu kotor dan penuh bekas jejak kaki berlumpur. Kosong dan hampa. Tak ada apapun yang bisa kau sajikan untuk tamu. Tak tahu apa yang harus dimulai untuk mengisi dan membersihkannya, kau membiarkan rumahmu tetap seperti itu. Sebab yang kauinginkan masuk sedang repot dengan urusan rumahnya sendiri.

            Padahal, kita tak masalah dengan kondisi rumah masing-masing. Kau akan membantuku merapikan rumah dan aku akan membagi perabotanku agar rumahku tak terlalu penuh. Kau akan membantuku menyapu banyak pecahan kaca dan aku akan membantumu mengepel bekas jejak kaki yang kotor itu.

            Menyedihkan, kita yang kini sejauh matahari. Rumahmu yang tak begitu jauh dari rumahku, tapi rasanya seperti berkilo-kilo meter jaraknya. Kau bersama rumahmu tak tersentuh jemari, pun aku yang melindungi rumahku sendiri.

            Kita, dua orang tamu, yang sama-sama menunggu dibukakan pintu.

            Juga, dua orang tuan rumah,yang sama-sama enggan mempersilakan masuk.

            Tak ada bel, tak ada taman, tak ada kotak surat, tak ada pot-pot bunga, tak ada apapun. Pelataran hanya tanah kering yang tak cocok ditanami apapun, selain hanya kesedihan yang mampu tumbuh subur. Sesuatu yang berkembang baik disiram air mata. Selebihnya, luka.

            Kita, dua yang kini asing, menyelami kehilangan masing-masing.


            Pun, empunya, yang kini menyambangi rumahnya sendiripun tak memiliki hak apa-apa.

Komentar

What's most