[Surat Cinta #7] Dariku untuk Chaca
Untuk yang belum terbiasa memiliki pembenci
Aku ... tidak tahu harus memulai surat ini dari mana. Aku
juga tidak tahu apakah surat ini akan menjadi seperti surat sedih seperti
dariku untuk Alfina, surat baper
semacam dariku untuk Bene, atau surat penuh celaan untuk Hafid dan Yewe.
Tapi, mungkin, kata yang tepat untuk surat yang ditujukkan untukmu ini
adalah; semangat.
Semangat! Untuk menghadapi suasana baru di sekolahmu yang
baru, nun jauh di Solo sana. Semangat untuk bertemu teman-teman baru dari luar
Jawa juga. Beradaptasi dengan budaya baru, pelajaran-pelajaran baru,
pengalaman-pengalaman baru, dan hal yang selama ini tidak pernah kau dapatkan
di sini. Semangat, Cha!
Setiap pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Itu sudah
menjadi hal mutlak, hukum alam paling tidak bisa dibantah. Siapapun akan
mengalaminya, termasuk kita. Setelah berteman cukup lama, ini adalah sebuah
perpisahan yang harus kita jalani guna mengejar masing-masing mimpi yang kita
harapkan. Tapi; ini bukan sebuah kehilangan. Ini hanya sebuah perpisahan untuk
sementara waktu di mana aku tetap di sini untuk mengejar mimpiku sendiri, dan
kamu pergi untuk mengerjar mimpimu sendiri.
Ini bukan tentang kehilangan, ini tentang bagaimana kita
mengejar apa yang memang seharusnya kita kejar.
Sebenarnya, aku sedih. Dan aku yakin Bene, Yewe, Hafidpun
merasakan itu. Bagaimana kita harus kehilangan satu dari apa yang seharusnya
melengkapi. Tentu saja cepat atau lambat kita akan merasakan yang satu itu.
Tapi, toh, sedih tak berarti sama sekali. Lagipula, ini bukan tentang
kehilangn, ‘kan. Ini adalah sebuah perpisahan sederhana, dan sementara. Kita
pasti bertemu kembali, entah setahun setelah ini, dua tahun, lima tahun,
sepuluh tahun atau bahkan kapanpun, kita pasti bertemu. Lagipula, kamu tidak
mungkin Lebaran tidak pulang, ‘kan?
Tenang, Cha, saat kamu kembali nanti, akan kau temukan
aku, Bene, Hafid, dan Yewe terus ada di sini. Tidak seperti temanmu yang
lalu-lalu, yang datang hanya untuk meninggalkan. Kita tidak akan pergi, jadi
jangan khawatir. Kami selalu di sini, dengan kegilaan yang sama, kekonyolan
yang sama, dan kesederhanaan yang sederhana.
Tanggal 31 kamu pergi. Pesanku,
hati-hati. Jadilah sefleksibel mungkin tinggal di kota orang. Hilangkan semua
kemanjaan dan sikap childis yang
menurut kamu masih ada dalam diri kamu. Pokoknya, jadilah pribadi yang berbeda yang lebih baik dari sebelumnya.
Aku tidak tahu harus menulis apalagi untuk
menajangkan surat ini. Aku tidak mungkin membahas soal mata ikan, pengkhianatan,
dan drama lainnya. Terlalu panjang dan pasti akan jadi membosankan. Tapi, yang
jelas, maksudku sudah tersampaikan. Semangat, Cha! Aku, Bene, Hafid, dan Yewe
selalu mendukungmu dari sini.
Kami mencintaimu.
---
Surat ini benar-benar terlambat diposting. Tapi, tidak masalah, deh! Yang penting Chaca sempat baca. :)))
Komentar
Posting Komentar