Setelah Sekian Lama
Apa kabar?
Kali ini, tak ada lagi deskirpsi tentang keindahan dan
kesempurnaanmu. Tak akan ada lagi kisah tentang cintaku yang terabaikan olehmu.
Aku hanya berusaha kembali membawa kepingan kosong tentang sebuah kenangan yang
menguap sebelum tertelan. Sebuah kisah miris tentang patah hati, dan
penderitaan yang tiada henti menari.
Tapi kali ini, bukan tentang kamu.
Aku.
Kau yang akan sedih karena setelah ini, tak ada lagi
gadis yang menyempatkan waktu di sela rutinitas dan kesibukannya hanya untuk
menuliskan tentang rindunya kepadamu. Tak akan ada lagi gadis yang terus
menunggumu dengan setia walau dia tahu kau telah berdua. Kini, tak ada lagi
gadis yang demi kebahagiaanmu, ia rela menukar kebahagiannya.
Akhirnya, aku—gadis itu—menyadari bahwa tak ada penantian
yang membahagiakan. Silakan tertawa dulu, sebelum aku hanya akan memicingkan
mata melihatmu menangis tersedu-sedu. Aku memang baru bisa bangkit sekarang,
tapi ketahuilah;
Aku sama sekali tidak terlambat.
Itu, ‘kan, yang barusan membuatmu heboh tertawa?
Benar, aku memang baru bisa melupakanmu setelah penantian
sepanjang waktu yang pada akhirnya menyentuh angka tiga tahun. Akhirnya aku
berhasil bangkit dari bayang-bayangmu setelah mencintaimu selama itu. Tidak ada
kebahagiaan sehakiki ini.
Aku menang oleh diriku sendiri!
Jadi, masih mau tertawa? Ha-ha! Silakan, Sayang,
tertawalah sepuas dan sebebas yang kau mau. Tapi setelah ini;
Tak ada lagi aku di ujung derai tawamu. Tak ada lagi aku,
yang terus membodohi diri untuk mencintaimu.
Tiba saatnya kau akan menyesal,
Bahwa untuk sekadar mempertahankan pengagumupun;
Kau telah gagal.
Dan tiba saatnya,
Aku yang tertawa.
Komentar
Posting Komentar