Seberapa Matinya Perasaanmu?

Bisa kau bayangkan rasanya jadi aku, Pangeran Banyolan-ku?

Bisa kau bayangkan rasanya jadi aku, yang setiap hari harus merenggang rasa, menahan segala rasa sakit yang tercipta karena semakin ke sini hubungan kita semakin tak jelas? Kamu yang datang pergi sesukanya, dan aku yang tetap menunggu dengan bodohnya.  Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan apa maksudmu membiarkanku dalam perasaan yang serba tak jelas ini. Dan aku; mencari tahu dengan menunggu.

Aku menunggu! Aku menunggumu mengatakannya langsung akan kau apakan hubungan kita. Akankah kau akhiri setelah sejauh ini, atau akan kaumulai dari awal lagi. Atau setelah lukaku terbuka selebar ini, kau masih akan tetap menggoreskannya dengan rasa sakit lagi. Walau sampai sekarang aku belum tahu jawabannya, aku belum lelah untuk menunggumu.

Tidakkah kau tahu sakitnya jadi aku? Yang hanya bisa menjadi perindu rahasiamu, yang diam-dam merapal namamu dalam doa, cara mencintai paling rahasia. Atau aku yang harus setiap saat menahan tangis mati-matian ketika kaibersikap kasar atau acuhmu mulai kambuh. Rasa ini tercipta terlalu dalam dan aku tetap memendam.

Pangeranku yang Paling Tampan, kau tentu tak mungkin tak tahu bahwa mulai ada perasaan aneh di dadaku. Kau tak mungkin tak paham bahwa selama ini aku mulai memperjuangkanmu diam-diam. Dan, jika kau normal, kau tentu mengerti bahwa aku memperlakukanmu berbeda dari pria yang lainnya. Dari caraku menatapmu, membantumu merampungkan tugas Bahasa-mu, dan dari caraku berbagi banyak hal bersamamu. Tapi, semua hal itu seolah tak kaugubris. Kamu menjelma menjadi monster paling tidak peka yang pernah hidup di dunia. Kamu menjelma menjadi sosok yang berbeda, entah karena sebab apa.

Dan sejak itu, aku tak pernah kauberi kesempatan untuk tahu kabarmu. Kamu memberi jarak ruang dan waktu yang membuat mataku jadi tak bebas menjamah matamu. Hatimu semakin dingin, semakin beku, dan tanganku menjadi sangat kedinginan ketika mencoba untuk menjamahnya. Pangeran Pemilik Hati-ku, apa perasaanmu semati itu? Apa sama sekali tak ada kesempatan bagiku, untuk memperbaiki semuanya--walau kutak tahu apa yang salah?

Rasanya lucu, kamu yang membuatku jatuh cinta juga kamu yang membuatku terluka. Kamu yang memberi harapan juga kamu yang menghempaskan. Kamu yang kedatangannya memberikan tawa harus pergi meninggalkan air mata.

Sekarang semua berbeda, semua tak lagi sama.

Pangeranku yang Sangat Kucintai, bahkan setelah kita tak lagi adapun kau tetap tak mau menilik sedikit saja perasaanku. Perasaan yang kuperjuangkan mati-matian tapi tak kaugubris sama sekali. Apa bisa kaubayangkan rasanya jadi aku, yang mempertahankan kamu, tapi yang kupertahankan malah tak ingin bertahan?

Kekasih yang Tak Sempat Kumiliki, seberapa matinya perasaanmu hingga tak bisa kaulihat sedikit saja perasaanku yang meneguhkan hati untuk kamu? Seberapa matinya hatimu hingga tak ada lagi kesempatan bagiku untuk bisa terus bersamamu? Seberapa butanya perasaanmu, hingga kau tak bisa melihat perjuanganku?

Jika aku boleh meminta satu hal saja pada Tuhan, aku ingin agar aku bisa tahu perasaanmu. Agar aku paham sebermakna apa aku di hatimu, dan seberapa berartinya aku bagimu. Aku ingin agar aku segera tahu, dengan begitu aku juga tak perlu merasakan sakit lagi.
Pangeranku yang Sangat Kucintai, seberapa matinya perasaanmu sampai keahlianmu satu-satunya hanya menyakitiku?

Aku tak butuh rasa sakit. Aku tak butuh air mata. Aku butuh kejelaskan.

Bisa kau bayangkan rasanya jadi aku? Tentu tidak, kamu terlalu angkuh untuk melakukannya.

Komentar

What's most