Akhir yang Adil untuk Kita
Ada dua hal paling sulit yang harus
dihadapi manusia ketika dia jatuh cinta di waktu yang tak seharusnya : menjadi
pilihan atau berhenti di tengah jalan. Aku sedang dalam posisi itu.
Pengalaman membantuku menjadi lebih
rasional dalam menentukan sesuatu. Inilah mengapa ketika aku jatuh cinta
padamu, aku memilih berhenti di tengah jalan. Meski aku tahu kau
melambai-lambai di ujung, hal yang
seperti ini tidak akan baik kita lanjutkan. Kita berdua sama-sama tahu ada
sesuatu yang tidak lagi bisa diteruskan, sesuatu yang semula kita pikir hanya
permainan; lalu membawa kita pada satu lingkaran setan: antara menyerah atau
mengalah.
Aku tahu sejak awal aku hanya
persinggahan yang kebetulan membuatmu betah cukup lama. Aku hanya pilihan dan
sejujurnya aku benci menjadi seperti itu. Aku ingin menjadi satu-satunya, bukan
salah satunya. Itulah mengapa secinta apapun padamu aku sekarang, pergi adalah
keputusan yang menurutku paling adil. Entah untukku, untukmu, atau untuk
kekasihmu. Final. Tak terbantah lagi.
Aku tahu ada alasan mengapa kau lebih
memilihnya ketimbang aku. Maybe she’s
just good for your ego. Ada alasan mengapa kau hanya memilihku untuk kausembunyikan
di balik bayang-bayang. Ada alasan mengapa kau memberiku banyak sekali cokelat
dan banyak sekali usapan di kepala, serta ucapan cinta, juga potongan
percakapan romantis yang tak lagi berani kubaca, tapi tetap mempertahankan dia.
Ada alasan dari segala itu, tapi tetap saja kau tidak memilih aku.
Kalau boleh jujur, Tuan, aku
mencintaimu. Bukan karena cokelat-cokelat yang kau berikan padaku, bukan karena
kehadiranmu yang tiba-tiba di depan rumahku hanya untuk berkata rindu, bukan
juga karena apa-apa. Aku mencintaimu karena itu kau. Seandainya kau orang lain,
aku tidak tahu apakah aku masih mencintaimu.
Dan, meski ada usaha-usaha yang kau lakukan untuk tetap denganku, kini aku
tetap memilih pergi. Karena, bahagiamu tak pernah lahir dari bahagiaku. Buktinya
kau tak memilihku. Buktinya kau tak memutuskan untuk menjadikan aku sah seperti
kau menjadikannya. Sejak awal, aku hanya jam dinding di ruang kamarmu; yang kau
perhatikan saat berusaha membunuh waktu.
Sampai akhirnya aku sadar, mungkin
aku telah jatuh cinta pada seorang penipu.
Tidak usah tanya-tanya lagi soal
perasaanku, Tuan, bahkan aku masih tetap mencintaimu walau aku tahu kau
sebrengsek itu. Aku masih tetap mencintaimu dan rela menjadi yang-keduamu saat
kekasihmu tak memiliki cukup waktu untuk memperhatikanmu. Tak usah tanya-tanya
karena menjawabnya sama saja menceritakan ketololanku, untuk terus menerus
melakukan kebodohan yang sama; sesuatu yang orang-orang panggil cinta.
Pergilah,
aku lelah.
Aku tidak membencimu, aku hanya
butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan rindu. Setelah hari ini, aku janji aku tidak akan
kembali lagi. Terima kasih pernah menjadi bagian pada hatiku yang kosong. Aku ingin
kau bahagia, karena aku juga akan bahagia. Tuan, kau tidak butuh aku, kau hanya
kesepian. Juga tak butuh cintaku, kau hanya butuh perhatian.
Aku akan melupakanmu, bukan karena
cokelat-cokelat yang kini lenyap di ujung senyap, juga bukan karena hadirmu
kini tak lebih dari bayang-bayang. Sebagian akal sehatku masih bekerja, harga
diri aku masih punya, perasaanku masih ada; aku perempuan juga, aku tahu
perasaan kekasihmu seandainya dia tahu tentang kita.
Demi sesuatu yang pernah membuat
kita sangat bahagia, kini berbahagialah dengannya tanpa takut diganggu
siapa-siapa.
aku juga akan bahagia.
Komentar
Posting Komentar