Masih Merindu

Malam ini hujan turun lebih deras lagi. Seperti biasa aku asik menghangatkan tubuhku di balik selimut dan asik ber-galau di akun jejaring sosial twitterku sembari mendengarkan puluhan lagu galau yang menambah hatiku makin resah.
Sudah ratusan kata kurangkai menjadi puluhan kalimat yang menceritakan tentang kamu. Sebenarnya, bukan hanya tentang kamu, tapi tentang kita, tentang kenangan yang selama ini selalu kucoba melupakannya. Kenangan manis yang begitu sadis.
Entah mengapa suasana malam ini mengingatkanku akan sosokmu. Sosok yang sedang ku coba hindari saat ini. Sosok yang pernah kucintai setengah mati.
Aku merindukanmu.
Begitu tepatnya. Setelah kemarin malam aku mengakhiri lukaku dengan tangisan. Malam ini aku menangis lagi, tangisan yang lebih dalam dari waktu itu. Tangisan lebih keras, lebih tragis, lebih bengis.
Aku memeriksa foto-fotomu yang tersimpan rapi di ponselku. Senyum itu, kurindukan lagi.
Masih dengan keriduan yang sama, bahkan kupikir lebih dalam dari kemarin malam.

Jutaan kata dalam ribuan bahasa takkan pernah bisa menyiratkan perasaanku saat ini. Bahkan saat ini saja aku sudah kehabisa kata-kata bagaimana untuk menceritakan semuanya.

Kamu pernah baca quote ini?
"Cinta yang di pendam, sama sekali bukan cinta."
Aku meringis membaca kalimat itu. Kalau bukan cinta, lantas yang kurasakan ini apa? Mengapa aku begitu takut kehilangan kamu padahal memiliki kamu saja aku tidak pernah? Lantas kalau bukan cinta, namanya apa?
Ah, entahlah.
Aku tidak percaya cinta lagi. Sungguh.
Kata jahannam itu membuatku terluka sampai sekarang. Kata jahannam itu menyiksaku dengan perasaan serba entah yang selalu menyerangku tanpa ijin.

***

Tiap tetes air mata yang ku jatuhkan untukmu adalah bukti seberapa banyak butir-butir cinta yang bersemayam di dalam hatiku selama ini.
Kapan kamu tahu, sayang?

Ps : Aku tidak paham tentang masalah cinta dalam diam. Kalau yang diam bukan cinta, lantas apa?

Komentar

What's most