Gomen, Ran

Kali ini, Ran sudah tak sanggup lagi. Kakinya lemas setelah berjalan berkilo meter dari rumahnya, ke sekolah, dan kerumah Shinichi berkali-kali. Dia lelah, lelah sekali. Mungkin karena saking merindunya, dia jadi membiarkan
seluruh kesakitan ini menjajah tubuhnya.

Ran benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia benar-benar tersiksa saat Shinichi pergi. Ia merindukan detektif SMA itu. 

Ran beranjak pulang dengan sisa-sisa tenaganya.

**

Conan bukannya tidak melihat. Ia melihat dengan jelas. Begitu jelas. Bahkan ia bisa merasakan nyeri yang dirasakan Ran. Tentu saja. Ia juga merasakan kesakitan Ran itu.

"Gomen, Ran, aku tak mungkin memberitahumu tentang ini. Percayalah aku mencintaimu."

Saat Ran tengah mencoba masuk kerumahnya dengan sisa-sisa tenaganya, Conan membukakan pintu. Lalu, tiba-tiba Ran ingin sekali memeluk Conan. Untuk sekedar mengurangi rasa sakitnya, untuk sekedar menghilangkan kerinduannya. Karena saat itu, ia benar-benar melihat Conan seperti Shinichi.

"Ran-neechan!" Teriak Conan setelah membukakan pintu.

"Hks.. Conan-kun" kata Ran sambil memeluk Conan. Menyadari itu,Conan sedikit tersentak, tapi Ran tidak peduli. Ia malah memeluk Conan semakin erat dam membiarkan kenyamanan itu merasuk dan menyatu dengan darahnya.

"Conan-kun aku mengaku. Aku sangat merindukannya. Aku sangat mencintainya. Conan-kun, apa kau tahu ia dimana? Beritahu aku, Conan." Ujar Ran tanpa melepas pelukannya. Suaranya bergetar hebat. Belum apa-apa, Ran sudah mau menangis lagi.

'Ran. Aku disini. Di dekatmu.'

"Mengapa ia tak memberiku kabar? Mengapa ia tidak ke sekolah? Mengapa ia tidak ada dirumahnya? Mengapa Conan-kun? Apa ia melupakanku?"

'Aku tidak akan pernah melupakanmu, Ran. Tidak akan."

"Bagaimana keadaannya sekarang? Aku sangat merindukannya, Conan-kun."

'Aku jauh lebih merindukanmu.

"Aku bingung, Conan. Hks ..,"

'Aku jauh lebih tersesat, Ran.'

"Apa ia menyukai orang lain? Apa ada gadis lain yang dicintainya?"

"Tidak kak Ran! Itu tidak mungkin!" Kali ini Conan tidak bisa menahan diri.

"Kau tahu darimana, Conan-kun?" Tanya Ran heran, membuat Conan gelagapan.

"E.. e, aku aku, aku. Ah ya, tadi kak Shinichi meneleponku. Iya!" Ujar Conan begitu girang. Dan girang itu segera menular pada Ran. Melihat Ran begitu senang, Conan jadi tidak tega. Ia memutuskan menelepon Ran melalui ponsel Shinichi dan menelpon dengan dasi kupu-kupu pengubah suara. Ia segera mengambil ponselnya dan pergi ke kamar mandi.

"Ran-neechan, Ran-neechan istirahat saja. Aku mau ke kamar mandi." Ujar Conan. Ran menurut, ia bergerak menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya ini. Hingga tiba-tiba, ponselnya berbunyi.

Hidden ID...

Tak butuh waktu lama untuk Ran mengangkat telepon itu, dan suara yang dirindukannya terdengar begitu merdu dari ponsel itu...

"Halo, Ran! Kutebak saat ini kau sedang menangis karena mengkhawatirkanku. Haha, aku baik-baik saja kok."

"Shin.. Shinichii." Ucap Ran dengan bibir bergetar. Air mata bening menetes pelan dari matanya. Meluapkan kerinduan dari lubuk hatinya.

"Maaf ya, aku menghilang. Ada kasus yang sedang kutangani dan aku benar-benar butuh konsentrasi untuk menyelesaikan itu. Perhatianku tersita penuh."

"Shinichi.." hanya itu yang keluar dari bibir Ran. Sementara Shinichi terus mengoceh, Ran tak berkutik, juga tak berduara. Suara Shinichi membuatnya semakin ingin menangis.

"Ran, bukan hanya kau. Aku juga punya banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Karena itu tunggulah aku."

'Shinichi akan pergi. Shinichi akan pergi lagi.'

"Menurut analisisku, mungkin sebenarnya, pertanyaan kita berdua sama persis."

Ran terdiam mendengar kata-kata Shinichi. Membiarkan otaknya yang beku mencernanya baik-baik. Lalu, dia mengerti.

"Shinchi, ku harap kau akan baik-baik saja. Aku, aku.. aku akan menunggumu. Dan saat mendapatkanmu nanti. Aku tidak akan melepaskanmu lagi." Ujar Ran tanpa sadar.

"Wah, dari kata-katamu, sepertinya kau sangat merindukanku ya? Haha. Ya sudah, masih banyak yang harus ku selesaikan. Aku pasti akan meneleponmu lagi."

Saat telepon ditutup Ran baru sadar kalau tadi ia sudah mengatakan perasaannya walaupun samar-samar. Tapi, Ran tahu Shinichi pasti sudah menduga hal itu.

Ya, Shinichi tahu. Tentu saja Shinichi tahu. Walaupun tidak melihat raganya, ia bisa merasakan kehadiran Shinichi disini, dihatinya.

Dia tersenyum puas. Ia sudah melakukan hal yang benar.

"Ran-neechan, aku lapar. Bisakah kau memasakkan untukku?" Ujar Conan tiba-tiba dari belakangnya. Membuat Ran kaget luar biasa.

"Conan-kun?"

"Kenapa Ran-neechan? Apakah Shinichi-- aaa, R-ran-neechan!"

Ran memeluk Conan lagi. Memeluknya erat. Begitu erat.

"Ayo makan." Ujarnya dan meraih tangan Conan untuk digenggamnya. Seperti tak mau melepasnya lagi. Membuat muka Conan memerah.

'Ran, suatu saat kau akan mengerti. Mengapa aku melakukan ini padamu. Maafkan aku untuk saat ini. Tapi pasti aku akan kembali untukmu. Untukmu, Ran."

Ps : Cinta adalah keegoisan, tapi menunggu cinta, jauh melampaui kesetiaan.

Komentar

What's most