Jika Nama Itu Mengganjal Hatimu

            Akan ada satu orang dalam hidupmu, yang seberapa keraspun kau berusaha menghilangkannya dari otak dan hatimu; tapi dia tidak akan pernah pergi selamanya. Bukan karena kau masih mencintainya atau kau telalu ingin menjadikannya obsesi, tapi orang itu sudah menjadi tokoh utama, dari cerita yang tak akan lagi kaubagi kisahnya pada siapapun.

            Kalian barangkali sudah usai. Tapi, akan selalu ada perasaan yang tak ikut selesai bahkan setelah kalian berdua sama-sama telah menemukan bahagia yang baru, yang mampu mengisi lubang menganga itu. Saat kalian berdua bertemu dan saling menyapa, barangkali tak terasa apa-apa. Tapi; debar itu tak akan secepat kilat buyar. Akan ada perasaan itu, yang liar dan tak terkendali, sebelum akhirnya kau hanya akan menghela napas lega sebab orang itu kini telah bahagia. Dan itu, selalu lebih dari cukup.

            Orang itu ... entah pria atau wanita bagi siapapun kau yang membaca ini. Coba, bayangkan wajahnya, orang itu, senyumnya, dan bayangkan segala perasaan yang pernah menyertaimu ketika kau begitu mencintainya dan tak ingin melepaskannya dulu. Jika dia meninggalkanmu, ikhlaskan dia sebagai bentuk rasa sakit yang paling bisa kau maafkan. Sebab, dendam tak akan menyembuhkan apa-apa. Jika kau yang meninggalkannya, maafkan dirimu sendiri sebab telah melepasnya di masa lalu. Biarkan dia bahagia dan jangan berniat mendekatinya lagi bila kautahu bahwa tak akan ada lagi sela dalam hidupnya yang perlu kau isi. Tak usah kau sesali apa-apa, barangkali memang untuk membahagiakannya dengan orang baru, meninggalkannya adalah keputusan yang paling baik.

            Bayangkan satu orang yang sampai kapapun takkan pernah terenggut dari hidupmu seumpama buku. Dia tak akan terlibat di halaman manapun, tapi dia adalah pembatas buku; yang membantumu mengingat sampai mana kau telah melewati halaman-halaman itu. Saat ini, maafkan dia dan maafkan dirimu sendiri. Tarik napas, hembuskan. Maafkan, ikhlaskan. Sebab luka seringkali kesimpulan paling sederhana dari cerita manapun dan memaafkana adalah penutup paling sempurna.

            Mengertilah bahwa kau harus bahagia. Bersama seseorang yang saat ini ada di sampingmu, yang menggenggam tanganmu tanpa peduli pernah digenggam siapa tangan itu dulu. Kau harus bahagia bersama seseorang yang membuatmu percaya cinta lagi, tanpa pernah menanyakan kenapa kau dulu nyaris tak memercayainya sama sekali. Katakan padanya—yang berada di sampingmu—bahwa kau tak akan melakukan ketololan yang sama untuk dua kali. Cintailah dia, lebih dalam, lebih tulus, dan lebih rasional. Dengan begitu, hatimu akan lebih seimbang.

            Belajarlah dari segala kebodohan yang pernah kau lakukan di masa lalu. Jangan sesali dan jangan ulangi. Sebab hidup tak akan menghidupkan jika kau berusaha mematikan kehidupan itu sendiri. Ceritamu tak akan melulu soal kutipan-kutipan patah hati yang mengingatkanmu pada dia, dia, dia, dan dia lagi, hingga dengan tidak tahu diri kau lupa siapa dirimu saat ini dan siapa yang seharusnya kaucintai.

            Bahagia bukan perkara pantas atau tidak pantas, tapi seberapa ingin kau meraihnya dan seberapa kuat usahamu untuk menggapainya. Bukan kau berhak bahagia dengan itu kau harus bahagia. Melainkan kau harus bahagia dengan itu kau berhak bahagia.


            Jatuh cintalah, tidak apa-apa. 

Komentar

What's most