Kamu Tidak Perlu Minta Maaf

Aku membiarkan beragam argumen tentang kita bertengkar sendiri di otakku. Penuh, begitu penuh, sampai kepalaku terasa bengah dan aku tidak sanggup lagi menahannya. Menahan diri untuk tidak memangis malah membuatku semakin lelah. Aku tahu, aku selalu kehilangan kamu, terlalu sering bahkan sampai hatiku terbiasa dengan itu. Kemudian, menemukanmu. Lagi dan lagi. Begitu terus. Berulang. Sebab aku tahu kamu tak bisa benar-benar tetap tinggal, aku membiarkan diriku terus berharap pada kekosongan yang menyakitkan tentangmu. Sehingga saat aku membutuhkanmu, aku tak perlu repot-repot mencarimu karena aku tahu aku tidak akan menemukanmu. Begitu terus.

Aku selalu bersabar dengan sikap dan tindakanmu. Aku menutup telinga pada semua ucapan orang-orang perihal hubungan kita yang rasanya hanya status saja. Tidak ada pertemuan, tidak ada romantisme ala pasangan lainnya. Bukan, bukan aku terlalu manja dan menginginkan picisan semacam itu darimu. Aku hanya ingin dihargai. Tidak pernahkah kamu berpikir sedikit saja tentang aku? Apa aku benar-benar tidak seberarti itu di hidupmu? Lalu, siapa gadis yang selalu menunggumu bahkan ketika dia tahu kamu tak akan datang hari itu?

Aku tidak pernah bosan, tidak pernah mengeluh, tidak pernah menuntut apapun. Bahkan ketika dengan tegas bahwa aku tidak bisa mengerti kondisi dan kesibukanmu, aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya diam, sembari mencoba memaafkan diriku sendiri, berdama dengan hati siapa tahu bahwa apa yang terjadi dengan hubungan kita sekarang memang sepenuhnya salahku. Apakah semua kesabaran dan keikhlasan itu membuatmu risih? Mungkin, kesibukanmu itu telah mengubah pola pikirmu dan mungkin saja perasaanmu. Aku merindukanmu, sakit sekali sampai rasanya mematikan. Aku hanya ingin kamu menganggapku ada, tidak perlu sepertiku yang menganggapmu segala-galanya.

Satu kesakitan yang tidak akan kaupahami bahwa betapa aku mati-matian berjuang hanya untuk mempertahankan hubungan yang tidak pernah kauanggap penting ini. Aku tidak peduli pada omongan orang-orang yang berbicara tentangmu. Aku menolak percaya pada kata-kata mereka yang tidak berhenti membuatku membencimu. Aku menyingkirkan semua kerikil yang mungkin saja membuat kita tergelincir dalam menjalani semuanya. Aku berjuang sendirian, Sayang, dan kamu masih berani bilang bahwa aku tidak bisa mengerti kondisimu sekarang?

Aku tidak menyalahkanmu. Aku paham bahwa waktu memang selalu membawa begitu banyak perubahan. Mungkin saja kamu bosan, jenuh, atau segala perasaan lain yang membuatmu menjelma menjadi sebegitu asing. Tapi, aku lelah diabaikan. Aku ingin ada sedikit saja usahamu untuk mempertahankan kita. Aku muak menghadapi pertengkaran-pertengkaran yang terjadi hampir setiap hari. Aku takut menghadapi kita yang seperti ini, pada banyak hal yang menyerang kita dari belakang. Kisah kita yang memang tak berjalan mudah ini membuatku lelah. Aku ingin berhenti memperjuangkanmu. Tapi, hatiku cukup buta untuk melihat bahwa apa yang sekarang kulakukan ada kebodohan yang sama dan terus menerus kulakukan; hanya untukmu.

Aku ingin berhenti, tapi cinta ini malah membawaku semakin jauh berlari. Semua tentang kamu kisah yang ingin kuusahakan berjalan terus. Aku menjalani peranku sesuai plot, berimprovisasi seindah mungkin, semuanya kulakukan untuk membuktikan bahwa hubungan yang mereka bilang sampah ini bisa berakhir bahagia. Tapi, bagaimana bisa kubilang bahagia jika perasaanmu saja masih kuragukan adanya? Kamu yang datang dan pergi, membiarkan aku kedinginkan di sudut kosong tanpa kaubekali apapun. Bilang sesuatu, maki aku dengan apapun, tampar aku, tidak apa-apa, asal kamu mau mengubah sikapmu dan kembali pulang.

Sayang, pertengkaran kita barusan membuatku perasaanku gamang. Aku merasa bahwa perasaan yang kucari selama ini tidak pernah kudapatkan darimu. Salahkah jika aku sudah terlalu lelah mengharapkan kamu segera berubah? Mungkin saja bagimu, semua baik-baik saja dan akan kembali semula seperti biasanya. Tapi, kamu tidak akan pernah mengerti rasa sakit yang kutelan selama ini. Berjuang sendirian, kamu tidak akan tahu rasanya. Yang kamu tahu hanya datang dan pergi sesuka hati sebab kamu tahu bahwa aku yang tolol ini akan selalu setia menanti.

Pasrah adalah level yang paling menenangkan untuk malam ini, satu-satunya keputusan yang bisa kupilih. Aku mau menyembuhkan hatiku yang tengah porak poranda. Tentu saja, seperti biasa, tanpa bantuanmu.

Malam ini, aku beri kamu satu kesempatan lagi. Aku memaafkanmu. Sebab mungkin saja ini memang sepenuhnya salahku. Kamu bosan karena aku memang tidak menyenangkan, kamu marah memang karena aku yang melakukan sesuatu tidak sesuai keinginanmu, kamu pergi karena aku memang tidak pantas ditemani. Memang, ini salahku. Aku memang tidak pantas kau perjuangkan sedalam itu.

Kamu tidak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu. Benar, bukan salahmu.

Salahku.

Komentar

What's most