Di Tengah Perjalanan

            Aku sedang sampai pada bagian yang kubenci. Bagian dari perjalanan ketika pada akhirnya aku merasa bahwa sejauh ini, aku selalu berjalan sendiri. Bagian ketika pada akhirnya, aku justru semakin tak mengerti apa yang membawaku ke mari.

            Katakan; aku kehilangan tujuan.

            Kegagalan yang menyakitkan melandaku tiba-tiba. Saat aku terlalu menikmati perjalanan yang kukira akan membawaku pada sebuh akhir yang membahagiakan. Untuk kesekian kalinya, aku dihajar oleh harapan. Oleh harapan yang kupikir akan dapat terpenuhi tanpa aku perlu berusaha keras untuk meraihnya. Oleh harapan yang kuanggap sepele.

            Sombong, mungkin hal itulah yang menhancurkanku. Ambisi yang terlalu tinggi, yang kemudian membawaku pada sebuah mimpi yang pada akhirnya tak tercapai. Ayahku bilang, ini hanya tamparan kecil. Bukan, ini bukan sekadar tamparan kecil. Ini adalah sebuah hajaran bertubi-tubi. Bagaimana aku yang terbunuh oleh mimpiku sendiri, yang memaki tepat di wajahku, mempermalukan di depan semua orang, bahwa aku telah gagal.

            Tak ada yang pernah benar-benar mengerti bagaimana rasanya berlari terlalu kencang, namun di tengah perjalanan kau menemui sebuah badai salju besar yang bahkan dalam sekali tiupan dapat membunuhmu seketika. Saat ini, aku tengah menggigil. Aku hanya mengenakan pakaian pelari, tanpa tahu bahwa jalan yang akan kutuju adalah jalan yang terjal dan bersalju. Semua terlalu dingin untuk kuhadapi dengan pakaian semacam ini. Dingin dan mencekam, tapi sejauh ini; aku terlanjur berlari sendirian.

            Tak ada yang pernah mengerti bagaimana rasanya berjuang sekeras yang kaubisa, mengabaikan semua hal yang menarik minatmu, bahkan menjauhkan diri dari kebahagiaanmu untuk sebuah tujuan besar. Kau telah meninggalkan banyak hal untuk ini, dan kemudian hal itu malah membuatmu jatuh, terluka, terpuruk, terkapar, dan kemudian kehilangan harapan. Tak ada yang pernah mengerti bagaimana rasanya, dan saat ini, semua terpaksa kuhadapi sendiri. Tentang tuntutan yang secara tidak langsung selalu tersampaikan, tentang beban yang coba kuemban, dan tentang ekspetasi yang terlalu tinggi.

            Siapa yang harus kusalahkan?


            Terus terang, ketika sampai sejauh ini, aku malah jadi kehilangan gairah untuk mengejar cita-citaku sendiri.

Komentar

What's most